Sabtu, 05 Januari 2013

Kebebasan yang Berbeda

Kebebasan..Apa definisi kebebasan yang kita cari? secara fisik kah? atau hati? Jika kebebasan bertindak atau berbuat, bukankah tak ada satu pun dari kita yang benar-benar bebas? tapi bebas berekspresi.. itu lebih baik. Meski sepertinya, sekarang ekspresi juga mulai terbatasi.

Hidup di zaman serba terbuka seperti sekarang cukup berat, menurut ku. Benar-benar terbuka, bahkan cenderung kebablasan. Semua orang terlihat merasa layak untuk menghakimi orang lain, menghakimi?? ya.. Tak hanya sekedar saran atau kritik terbuka, tapi menghakimi.. menurutku itu lebih cocok..

Aku tak lagi bisa melihat tatapan bersahabat, sorot mata lugu seperti yang dimiliki Ro adalah barang langka kurasa. Melihat bagaimana ia dengan sendunya bercerita tentang kesuraman hari nya tanpa perayaan itu. Mengeluhkan betapa malunya dia karena tak bisa bergabung dengan teman-temannya saat itu..Lucu, namun juga agak menyedihkan bagi ku.

Berapa banyak orang-orang lain di luar sana yang seperti Ro, yang begitu mengagungkan sebuah perayaan mubazir seperti itu hanya demi sebuah kebebasan hidup yang mereka anggap bergengsi. Merayakan Malam Pergantian Tahun dengan kumpul-kumpul yang pada akhirnya lebih banyak sisi negatifnya. Pemborosan : kembang api, petasan, bensin, makanan, minuman, rokok, bahkan ada yang akhirnya ditutup dengan mabuk-mabukan, pacaran dan sebagainya. Tahun baru, Kelakuan purba.. Kebersamaan yang tak bernilai agaknya. Bukankah ada cara yang lebih baik jika kebersamaan lah yang menjadi tujuannya??dan bukankah kebersamaan dengan keluarga lebih berarti?. Tapi mereka tak peduli, asal bisa di bilang "gaul", "up to date" or whatever. Miris melihat mata lugu itu miliki pikiran yang ternyata sudah terkontaminasi "peradaban"

Seharian ini, Ro masih mengeluhkan hal yang sama...

Aku ingat, raut wajah Ro yang menerawang jauh saat aku bertanya alasan dia ikut budaya seperti itu. Dia tidak tau, dia hanya lihat orang lain seperti itu, dan dia rasa itu benar, dia rasa itu asik, modern dan gaul. Benar-benar lugu. Dia hanya ikut-ikutan. dan memang Ro selalu terlihat seperti itu, 19 th tapi pola pikirnya seperti anak 15 th. Seperti seorang bocah yang baru liat dunia, dan tidak tau bagaimana harus bersikap agar tidak terlihat aneh. Jadilah dia duplikat orang-orang yang dia lihat.

Budaya meniru, budaya ikut-ikut-an. Itulah yang menjadi kiblat sekarang.

Menjadi berbeda memang tidak mudah, tapi itu indah. dan bukakah perbedaan lah yang membuat kita hidup. Penyatuan sperma dan ovum menghasilkan zigot yang kemudian berkembang menuju fase morulla, blastulla, gastrulla dan akhirnya mengalami diferensiasi organ..Perbedaan yang membuat bumi berputar, perbedaan yang membuat keberadaan bulan menjadi menakjubkan.

Aku berharap, seiring kedewasaan Aku,  Ro, dan semua orang bisa menemukan arti bebas yang sebenarnya, bebas, yang membuat kita terikat satu sama lain, bebas yang menjadikan kita lebih dekat, bebas yang membuat kita lebih menghargai kehidupan. Bebas yang berarti

_bagian lanjut_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar