Jumat, 04 Januari 2013

Tentang Kebebasan, Hidup dan Rasa Nyaman


Hari ini adalah salah satu hari yang cukup berat untuk dilalui, cukup membuat depresi, rasa kesal yang menumpuk ditambah deraan rasa nyeri akibat endometriosis membuat aku melupakan waktu. Membiarkan diriku ter-hanyut mengikuti aliran masa dan tiba-tiba terkejut mendapati hari telah beranjak petang. Lega? Belum. Masih banyak hal yang harus dikejar, masih harus diselesaikan, sementara waktu tak sedikit pun menunggu ku. Menunggu kita.

Tapi tak apa, masi ada banyak detik untuk sampai ke esok hari. Aku bisa tidak tidur, aku bisa tidak makan, namun aku tidak bisa jika tertekan. Apapun yang ku lakukan, aku harus membuat otak dan hati ku kembali ke mode netral. Tak apa tak senang, tak apa tak bahagia, asal tak ada tekanan.

Keluar dari ruang salary membuat pundak ku terasa lebih ringan, setidaknya satu bagian telah terselesaikan tanpa kejar-kejaran seperti bulan lalu, masih ada sih, tapi tak terlalu begitu (jika kau paham maksud ku).

Mencuri waktu untuk sejenak melepas katup-katup tersumbat di otak ku, aku mengajak bicara seseorang, lelaki sebaya adikku yang bekerja sebagai ob di kantor tempat ku bekerja. Tak sengaja awalnya, melihat dia berulang kali membuka dan menghitung salary yang diterima nya membuat aku tidak tahan untuk tidak menggodanya. Tersipu dan akhirnya memilih menyimpan salary nya rapat-rapat dalam kantung terdalam celana kerjanya. Ha, lugu sekali anak itu.

Dia mulai bercerita, mungkin sedikit berkeluh kesah, tentang gajinya yang mungkin sudah akan habis begitu sampai di rumah. Memberi nafkah? tidak, hanya palakan rutin seperti yang juga sering ku lakukan pada saudaraku. Dan sedikit terdengar menyesali, kenapa gajian tidak dipercepat agar dia bisa merayakan hingar bingar tahun baru dan bukannya sembunyi di kamar seperti yang kemarin dia lakukan. Aku sedikit tersentak, sebegitu besar nya arti tahun baruan buat dia ternyata.

" Mba si enak, bisa jalan-jalan, lha saya ngumpet mba, di kamar.." ucap nya benar2 terlihat menyesal. Dan wajah lugu nya itu benar-benar terlihat terkejut saat aku berkata aku bekerja hampir 24 jam sejak tgl 29 desember lalu. Ah dik, masih banyak kesenangan yang tidak kau tau.

"Apa manfaat nya ikut merayakan malam tahun baru?" tanya ku padanya. Bukankah semua malam itu sama??. Ada dua belas tanggal satu dalam satu tahun. Lalu apa yang membuat nya istimewa.
"1 Januari kan cuma sekali setahun Mba.." jawabnya
Lantas, apakan ada 2 kali februari tahun ini??  ucap ku..
"iya juga ya.." katanya sambil tersipu"
"tapi mba, lanjutnya, kenapa ya semua yang enak-enak itu selalu dilarang. sama agama, sama peraturan, sama etika, selalu kek gitu..

Ah, akhirnya, keluar juga keluhan terbesarnya hari ini. Awalnya aku tak mengerti apa maksudnya, tapi kemudian aku tau. Dia berkata seperti itu karena aku memintanya menyebutkan satu saja hal yang menurutnya menguntungkan ikut malam tahun baruan. Ketika aku berkata tahun baru di jalan itu sumpek, perayaan tahun baruan menelan korban, bahaya kesehatan, boros dan lain-lain. Panjang lebar ku cecar dia dengan pandangan-pandangan ku tentang hal-hal seperti itu. Rona tak percaya tergambar di wajahnya saat aku berkata aku tak suka kehidupan yang seperti itu.

Heran dia rupanya, baginya, perayaan-perayaan seperti itu penting, moment langka katanya. Kesempatan untuk merasakan kebebasan, merasakan hidup yang benar-benar hidup tanpa tau apakah itu bermanfaat atau tidak. Buat dia, itulah kehidupan yang "gaul" Dan itu lah yang membuatnya ngumpet dikamar saat perayaan tahun baruan kemarin, malu, ga bisa keluar karena ga punya uang.

Fiuuhh..Aku menarik napas panjang, ternyata begitu agungnya makna tahun baruan untuk nya. Tapi tak bisa disalahkan juga c, karena itulah hidup yang dia tau, karena begitu lah kebebasan yang dia inginkan. Dan jika dia merasa nyaman seperti itu, apa hak ku melarang nya...

_bagian pertama_

4 komentar:

  1. buuuuk.. perih buuuk.. perih mataku.. tak bisa dibaca dengan tulisan nge-pink di atas ungu begini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk mu honey...apapun ku lakukan
      sudah lebih baik kah???
      ^_^

      Hapus
  2. hehe.. ok.. i can read this... walau masih sedikit memonyongkan leherku ke depan layar monitro.. *tulisannya terlalu kecil untuk mataku yang sudah mulai menua.. hehe :p
    over all... kamu ga ikutan tahun baruan kan?? ahahaha.. opi menonton dikosan selama setahun... pernah nonton "Tanda Tanya" ga??? movie-nya si Hanung ngegantung semua ya... kita harus ambil sikap tersendiri, tanpa tahu bagaimana pandangannya terhadap film atau sebuah cerita yang diangkatnya sebagai film.. :o

    BalasHapus
  3. Aku juga nonton setahun. Berhubung ada banyak deadline yang harus ku selesaikan, aku sudah mengunci diri di kamar sejak tanggal 30 ^_^
    "Tanda Tanya" belum nonton, aku tak terlalu suka dengan film-film buatan negeri sendiri. entah kenapa ceritanya terkesan tidak mengalir bagiku, terlalu dipaksakan, dan tidak nyata. tidak semua memang tapi sepertinya banyak..
    Tapi jika melihat pendapat mu aku rasa flm yang seperti itu justru bagus, penonton tidak digurui..
    bagiku sesuatu yang tersirat itu lebih indah

    BalasHapus